A. Definisi
1. Ketuban pecah
dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan (Manuaba, Ida Bagus
2002: 111).
2. Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the
membrane (PROM) adalah pecahnya
ketuban sebelum inpartu ; yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan
pada multi kurang dari 5 cm.
(Rustam Mochtar, 2002: 115).
3. Bila ketuban pecah
dini pada waktu persalinan, sedangkan pembukaan
masih kecil,
maka keadaan ini dinamakan ketuban pecah dini (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia).
B. Epidemiologi
Beberapa peneliti melaporkan hasil penelitian mereka
dan didapatkan hasil yang bervariasi. Insidensi KPD berkisar antara 8 – 10 %
dari semua kehamilan. Hal yang menguntungkan dari angka kejadian KPD yang
dilaporkan, bahwa lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan dari
pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak
cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua
kelahiran prematur.
KPD
merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan
mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang
kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat
komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan
RDS.
C. Etiologi
Penyebab terjadinya ketuban pecah dini sampai saat ini
belum jelas,akan
tetapi ada beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya KPD ini diantaranya
adalah sebagai berikut :
1)
Trauma : amnionsintesis,
pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual
2)
Peningkatan
tekanan intrauterus, kehamilan kembar, atau polihidromnion.
3)
Infeksi vagina, serviks
atau korioamnionitis streptokokus, serta bakteri vagina
4)
Selaput
amnion yang mempunyai struktur yang lemah/selaput amnion terlalu tipis.
5)
Keadaan
abnormal dari fetus seperti malpresentasi
6)
Keainan pada serviks atau
alat genitelia seperti ukuran serviks yang terlalu pendek (< 25 cm).
7)
Multipara dan peningkatan
usia ibu
8)
Difisiensi
nutrisi
D. Patofisiologi
Terjadinya ketuban pecah dini dapat
berlangsung karena
selaput ketuban tidak kuat
kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi
pembengkakan serviks maka
selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah
mengeluarkan air ketuban.
E. Pemeriksaan
penunjang
a)
Hitung pdarah
lengkap untuk menentukan adanya anemia dan
infeksi
b)
Golongan darah dan faktor rhesus Rasio lesitin
terhadap spingomielin untuk menentukan maturitas janin
c)
Tes Ferning dan
kertas nitrazine ; memastikan pecahnya ketuban
d)
USG :
menentukan usia gestasi, ukuran janin,gerakan jantung janin dan lokasi plasenta
e)
Pelvimetri :
identifikasi posisi janin
F. Penatalaksanaan
medis
a)
Menentukan apakah selaput ketuban
benar-benar ruptur.
b)
Bila janin belum viabel (kurang dari 36
minggu) dan ingin mempertahankan
kehamilan maka sebaiknya anjurkan ibu untuk bedrest total di tempat tidur
c)
Berikan antibiotik profilaksis untuk
mencegah infeksi juga spasmolitik untuk
mengundurkan waktu sampai janin viabel
d)
Lakukan tes kematangan paru secara
periodik Observasi adanya infeksi dan tanda dimulainya persalinan Persalinan
(normal maupun buatan) dapat dilakukan setelah paru janin matang.
G. Komplikasi
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara
langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau infeksi pada
cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Partus peterm
Persalinan preterm atau partus
prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (
antara 20 – 37 minggu ) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram (
Manuaba, 1998 : 221)
3. Prolap Tali
pusat
Tali pusat menumbung
4.
distasia ( partus Kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang
akan lama akan menyebabkan dry labour atau persalinan
kering
H. Asuhan
keperawatan
a) Pengkajian
Identitas
pasien Yang meliputi :
nama, umur,
jenis kelamin, agama, suku, pendidikan Riwayat penyakit
b)
Riwayat
kesehatan sekarang : ibu datang dengan keluhan
pecahnya
ketuban sebelum usia kehamilan mencapai 37
minggu dengan
atau tanpa komplikasi
c)
Riwayat
kesehatan dahulu :
Adanya riwayat trauma sebelumnya akibat pemeriksaan amnion
Pemeriksaan pelvis,dan buhngan seksual
Kehamilan ganda, polihidramnion
Infeksi vagina / serviks oleh kuman streptokokus
Selaput amnion yang melemah / menipis
Malpresentasi janin
Kelainan pada
otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang tidak sesuai/pendek
Multiparitas dalam peningkatan usia ibu serta defisiensi
nutrisi.
Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu
yang lain yang pernah hamil kembar
atau keturunan kembar
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan
pada pengkajian diatas, maka diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan adalah
:
v Resti infeksi
maternal
Resti gangguan
pertukaran gas pada janin
v Resti cedera
pada janin
v Resti
kekurangan volume cairan tubuh
v Ansietas
v Resti infeksi
I. Daftar
pustaka
ü
Asrining Surasmi, Siti Handayani, Heni Nur
Kusuma, (2002), “Perawatan Bayi Risiko Tinggi”, Jakarta : EGC.
ü
Marilyn E. Doengoes, Mary Frances Mooorhouse
(2001), “Rencana Perawatan Maternal/Bayi “, Jakarta : EGC.
ü
Prof. Dr. Abdul Bari Saifudin, SPOG, MPHD ( 2002
), “ Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material & Neonatal “, :
Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar