Rabu, 09 Mei 2012

GONORE



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan  dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Gonore?
2.      Apa penyebab penyakit Gonore?
3.      Bagaimana gejala awal gonore pada pria?
4.      Bagaimana gejala awal gonore pada wanita?
5.      Apa saja komplikasi gonore pada laki-laki?
6.      Apa saja komplikasi gonore pada wanita?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi Gonore.
2.      Untuk mengetahui penyebab penyakit Gonore.
3.      Untuk mengetahui gejala awal gonore pada laki-laki.
4.      Untuk mengetahui gejala awal gonore pada wanita.
5.      Untuk mengetahui komplikasi gonore pada laki-laki.
6.      Untuk mengetahui komplikasi pada wanita.




BAB II
PEMBAHASAN

A.  DEFINISI GONORRHEA
Gonorrhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva.
B.   EPIDEMIOLOGI
Cacat yang disesuaikan tahun hidup untuk gonore per 100.000 penduduk. Cacat yang disesuaikan Tahun Hidup untuk gonore per 100.000 penduduk tidak ada data Media Nusantara.
  ≤ 10 ≤ 10
  10-20 10-20
  20-30 20-30
  30-40 30-40
  40-50 40-50
  50-75 50-75
  75-100 75-100
  100-115 100-115
  115-130 115-130
  130-145 130-145
  145-160 145-160
  ≥ 160 ≥ 160

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d7/Gonorhea07.gif/220px-Gonorhea07.gif
Gonore - Tarif: Amerika Serikat, 1941-2007 gonore - Tarif: amerika Serikat, 1941-2007
Gonore adalah penyakit menular yang umum. Gonore adalah penyakit menular Umum. WHO memperkirakan bahwa 62 juta kasus gonore muncul setiap tahun..WHO memperkirakan bahwa 62 Juta KASUS gonore muncul terkait masih berlangsung Tahun.
Di Inggris 196 per 100.000 laki-laki 20 sampai 24 tahun, dan 133 per 100.000 perempuan 16 hingga 19 tahun didiagnosis pada tahun 2005.CDC memperkirakan bahwa lebih dari 700.000 orang di Amerika Serikat mendapatkan infeksi gonorrheal baru setiap tahun. Di penerjemah 196 per 100.000 laki-laki 20 sampai 24 Tahun, dan 133 per 100.000 perempuan 16 hingga 19 tahun didiagnosis pada tahun 2005.CDC memperkirakan bahwa lebih bahasa dari 700.000 orang utan di Amerika Serikat mendapatkan infeksi baru terkait masih berlangsung tahun gonorrheal. Hanya sekitar separuh dari infeksi ini dilaporkan ke CDC. Hanya sekitar separuh bahasa dari suami infeksi dilaporkan Ke CDC. Pada tahun 2004, 330.132 kasus gonore dilaporkan ke CDC. Pada tahun 2004, 330,132 kasus gonore dilaporkan ke CDC. Setelah pelaksanaan program pengendalian gonore nasional di pertengahan 1970-an, tingkat gonore menurun nasional 1975-1997. Penghasilan kena pajak pelaksanaan Program Pengendalian gonore pendidikan nasional di pertengahan 1970-an, tingkat gonore menurun pendidikan nasional 1975-1997. Setelah peningkatan kecil pada tahun 1998, tingkat gonore telah menurun sedikit sejak tahun 1999. Penghasilan kena pajak peningkatan kecil pada tahun 1998, tingkat gonore telah menurun sedikit sejak tahun 1999. Pada tahun 2004, angka infeksi gonorrheal dilaporkan adalah 113,5 per 100.000 orang.Pada tahun 2004, angka infeksi gonorrheal dilaporkan adalah 113,5 per 100.000 orangutan.Di AS, itu adalah kedua yang paling umum infeksi menular seksual bakteri setelah klamidia.Menurut CDC, "Secara keseluruhan, Amerika Afrika yang paling terpengaruh oleh gonore. Kulit hitam menyumbang 69% dari seluruh kasus gonore pada tahun 2010.Di AS, Suami adalah Yang memucat Umum kedua Bakteri infeksi menular seksual Penghasilan kena pajak klamidia.Menurut CDC "Secara keseluruhan, amerika Afrika Yang memucat terpengaruh dibuat gonore. Kulit hitam menyumbang 69% bahasa Dari seluruh kasus gonore pada tahun 2010.

C.  ETIOLOGI
N. gonorrhea adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. 7. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2 – 10% CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin.
Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35 – 37derajat Celcius dan pH 7,2 – 7,6 untuk pertumbuhan yang optimal. Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type 3 dan 4 tidak bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen dan terdapat pada permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat non-virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.

D.  PATOFISIOLOGI



                                  Neisseria Gonorhoe
                                    
                                                             Kontak seksual
                                                     (anus,orogenital,genital)
                  
           Mukosa rektum
             (saluran anus)                            Faring
Urethra,endoserviks            konjungtiva(neonatus)


                                                            Inflamasi        
                                                                  

                                                       Infeksi meivas
             (Wanita  :prostat,vasdeferens,vesikula seminalis,epididimis,dan testis)
             (laki-laki :kelenjar skene,bartholini,endometrium,tuba falopi,ovarium)
                                                                                                                        
                                                                                     Gonorhoe
Disuria                        Ansietas                                                                  Kurang pengetahuan
(seminggu tanpa pelindung)                                               
                   Berhubungan seksual 4x                                 
                                                Gangguan eliminasi                                                                   
                                                                  
                                                       Resiko penularan





E.   MANIFESTASI KLINIS

1. Pada pria:
 a.         Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
 b.        Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih
 c.      Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra.
d.           Retensi urin akibat inflamasi prostat
e.          Keluarnya nanah dari penis

2.      Pada wanita:
  a.        Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
  b.    Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis).
  c.        Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih.
  d.       Nyeri ketika berkemih
       e.       Keluarnya cairan dari vagina
       f.        Demam
g.         Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.

F.   PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.       Kultur
b.      Tes Thomson
c.       Pewarnaan gram
d.      Tes fermentasi
e.       Tes oksidasi
f.       Tes serologis

G.  PENATALAKSANAAN MEDIS

1.      Medikamentosa
                          a.       Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
                b.     Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
                c.     Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
                 d.    Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
2.      Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
a.      Bahaya penyakit menular seksual
 b.      Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
    c.     Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
     d.    Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari.
  e.      Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang


H.  KOMPLIKASI

1.      Komplikasi pada pria:
       a.   Prostatitis
 b.        Cowperitis
       c.   Vesikulitis seminalis
 d.        Epididimitis
       e.   Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior.
       f.   Infertilitas
2.      Komplikasi pada wanita:
       a.   Komplikasi uretra
 b.        Bartholinitus
       c.   Endometritis dan metritis
 d.          Salphingitis
       e.   Infertilitas


3.      Komplikasi pada bayi
       a.   Adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan keguguran akibat infeksi gonokokkus pada wanita hamil.
  b.       Adanya parutan pada kornea dan kebutaan permanen akibat infeksi gonokokkus pada mata.
       c.   Adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu.

BAB II
 PENUTUP
Gonorrhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva.
Cacat yang disesuaikan tahun hidup untuk gonore per 100.000 penduduk. Cacat yang disesuaikan Tahun Hidup untuk gonore per 100.000 penduduk tidak ada data Media Nusantara.

N. gonorrhea adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual.7. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2 – 10% CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer.
Manifestasi Klinis gonorhee:
1. Pada pria:
 a.    Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
 b.   Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih
 c.      Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra.
d.    Retensi urin akibat inflamasi prostat
e.    Keluarnya nanah dari penis

2.      Pada wanita:
a.       Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
b.       Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis).
c.       Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih.
d.       Nyeri ketika berkemih
e.       Keluarnya cairan dari vagina
f.       Demam


















Daftar Pustaka

Lachlan, MC. 1987. Buku Pedoman Diagnosis dan Penyakit Kelamin. Ilmiah Kedokteran: Yogyakarta.
Natadidjaja, hendarto. 1990. Kapita Selekta Kedokteran. Bina Rupa Aksara: Jakarta.
Prof. DR. Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Wikinson, Judith M. 2006. Buku saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN. Penerbit buku kedokteran EGC.
Carpenito, Lynda J. 2001. Buku saku DIAGNOSA KEPERAWATAN Edisi 8. Penerbit buku kedokteranEGC.


















HIPERPARATIROIDISME

A. Definisi
Hiperparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar kalsium. Dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon paratiroid yang banyak walaupun kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat.
Jika jumlah hormon paratiroid yang disekresi lebih banyak daripada yang dibutuhkan maka ini kita sebut hiperparatiroidisme primer. Jika jumlah yang disekresi lebih banyak karena kebutuhan dari tubuh maka keadaan ini disebut hiperparatiroidisme sekunder.
Selama sekresi hormone paratiroid (PTH), kelenjar paratiroid bertanggung jawab mempertahankan kadar kalsium ekstraseluler. Hiperparatiroidisme adalah karakter penyakit yang disebabkan kelebihan sekresi hormone paratiroid, hormon asam amino polipeptida. Sekresi hormon paratiroid diatur secara langsung oleh konsentrasi cairan ion kalsium. Efek utama dari hormon paratiroid adalah meningkatkan konsentrasi cairan kalsium dengan meningkatkan pelepasan kalsium dan fosfat dari matriks tulang, meningkatkan penyerapan kalsium oleh ginjal, dan meningkatkan produksi ginjal. Hormon paratiroid juga menyebabkan phosphaturia, jika kekurangan cairan fosfat. Hiperparatiroidisme biasanya terbagi menjadi primer, sekunder dan tersier.

B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit ini tiap tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme. Di Indonesia sendiri kira-kira sekitar 1000 orang diketahui terkena hiperparatiroidisme tiap tahun. Wanita yang berumur 50 tahun keatas mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria.

C. Etiologi
Salah satu penyebab hiperparatiroidisme dari banyak hiperfungsi kelenjar adalah adenoma soliter (penyakit von Recklinghausen). Secara umum bahwa kelainan kelenjar yang biasanya tunggal ditemukan ± 80 %. Kelainan pada kelenjar biasanya neoplasma yang benigna atau adenoma sedangkan paratiroid karsinoma sangat jarang. Beberapa ahli bedah dan ahli patologis melaporkan bahwa pembesaran dari kelenjar yang multiple umumnya jenis adenoma yang ganda. Pada ± 15 % pasien semua kelenjar hiperfungsi, contohnya chief cell parathyroid hyperplasia, biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan kelainan endokrin lainnya, yaitu Multiple Endocrine Neoplasia (MEN). Hiperparatiroidisme yang herediter dapat terjadi tanpa kelainan endokrin lainnya tetapi biasanya bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia syndrome. MEN 1 (Wermer’s syndrome) terdiri dari hiperparatiroidisme dan tumor dari pituitary dan pancreas, juga berhubungan dengan hipersekresi gaster dan ulkus peptikum (Zollinger-Ellison syndrome).
Klasifikasi Hiperparatiroidisme
1.    Primary hiperparathyroidism (hiperparatiroidisme primer)
a)    Definisi
Kebanyakan pasien yang menderita hiperparatiroidisme primer mempunyai konsentrasi serum hormon paratiroid yang tinggi. Kebanyakan juga mempunyai konsentrasi serum kalsium yang tinggi, dan bahkan juga konsentrasi serum ion kalsium yang juga tinggi. Tes diagnostik yang paling penting untuk kelainan ini adalah menghitung serum hormon paratiroid dan ion kalsium. Penderita hiperparatiroid primer mengalami peningkatan resiko terjangkit batu ginjal sejak 10 tahun sebelum didiagnosis. Pengangkatan paratiroid mereduksi resiko batu ginjal hingga 8.3%, dan bahkan setelah 10 tahun sejak pengangkatan, resiko menjadi hilang.

b)   Etiologi
Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal. Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau hyperplasia). Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma. Etiologi dari adenoma dan hyperplasia pada kebanyakan kasus tidak diketahui. Kasus keluarga dapat terjadi baik sebagai bagian dari berbagai sindrom endrokin neoplasia, syndrome hiperparatiroid tumor atau hiperparatiroidisme turunan. Familial hypocalcuric dan hypercalcemia dan neonatal severe hyperparathyroidism juga termasuk kedalam kategori ini.

c)    Patologi
Adapun patologi hiperparatiroid primer adalah:
1.    Mungkin akibat dari hiperplasia paratiroid, adenoma atau karsinoma.
2.    Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh usus meningkat.
3.    Perubahan pada tulang (osteitis fibrosa sistika), nefrokalsinosis atau nefrolitiasis, dan kalsifikasi kornea.

d)   Gambaran klinis dan Pendirian diagnosis
Hiperparatiroidisme primer ditandai dengan peningkatan kadar hormon hiperparatiroid serum, peningkatan kalsium serum dan penurunan fosfat serum. Pada tahap awal, pasien asimtomatik, derajat peningkatan kadar kalsium serum biasanya tidak besar, yaitu antara 11-12 mg/dl (normal, 9-11 mg/dl). Pada beberapa pasien kalsium serum berada didalam kisaran normal tinggal. Namun, bila kadar kalsium serum dan PTH diperhatikan bersamaan, kadar PTH tampaknya meningkat secara kurang proporsial. Pada beberapa pasien karsinoma paratiroid, kadar kalsium serum bisa sangat tinggi (15-20mg/dl). Salah satu kelemahan diagnostik adalah terjadinya penurunan bersihan fragmen akhir karboksil PTH pada pasien gagal ginjal, menyebabkan peningkatan palsu kadar PTH serum total. Penetuan PTH amino akhir atau PTH utuh direkomendasikan untuk menilai fungsi paratiroid pasien gagal ginjal
Hiperparatiroidisme didiagnosis ketika tes menunjukkan tingginya level kalsium dalam darah disebabkan tingginya kadar hormone paratiroid. Penyakit lain dapat menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam darah, tapi hanya hiperparatiroidisme yang menaikkan kadar kalsium karena terlalu banyak hormon paratiroid. Tes darah mempermudah diagnosis hiperparatiroidisme karena menunjukkan penilaian yang akurat berapa jumlah hormon paratiroid. Sekali diagnosis didirikan, tes yang lain sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya komplikasi. Karena tingginya kadar hormon paratiroid dapat menyebabkan kerapuhan tulang karena kekurangan kalsium, dan pengukuran kepadatan tulang sebaiknya dilakukan untuk memastikan keadaan tulang dan resiko fraktura. Penggambaran dengan sinar X pada abdomen bisa mengungkapkan adanya batu ginjal dan jumlah urin selama 24 jam dapat menyediakan informasi kerusakan ginjal dan resiko batu ginjal.

e)    Tes laboratorium
Sebaiknya dilakukan pengukuran jumlah kadar kalsium dan albumin atau kadar ion kasium. Hiperkalsemia sebaiknya ditandai dengan lebih dari satu penyebab sebelum didirikan diagnosis. Uji coba kadar hormon paratiroid adalah inti penegakan diagnosis. Peningkatan kadar hormon paratiroid disertai dengan peningkatan kadar ion kalsium adalah diagnosis hiperparatiroidisme primer. Pengukuran kalsium dalam urin sangat diperlukan. Peningkatan kadar kalsium dengan jelas mengindikasikan pengobatan dengan cara operasi.

f)    Penyembuhan
Operasi pengangkatan kelenjar yang semakain membesar adalah penyembuhan utama untuk 95% penderita hiperparatiroidisme. Apabila operasi tidak memungkinkan atau tidak diperlukan, berikut ini tindakan yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kalsium:
a.    Memaksakan cairan
b.    Pembatasan memakan kalsium
c.    Mendorong natrium dan kalsium diekskresikan melalui urin dengan menggunakan larutan garam normal, pemberiaqn Lasix, atau Edrecin.
d.   Pemberian obat natrium, kalium fosfat, kalsitonin, Mihracin atau bifosfonat.
e.    Obati hiperkalsemia dengan cairan, kortikosteroid atau mithramycin)
f.     Operasi paratiroidektomi
g.    Obati penyakit ginjal yang mendasarinya.

2.    Secondary hyperparathyroidisme (hiperparatiroidisme sekunder)
a.    Definisi
Hiperparatiroidisme sekunder adalah produksi hormon paratiroid yang berlebihan karena rangsangan produksi yang tidak normal. Secara khusus, kelainan ini berkitan dengan gagal ginjal akut. Penyebab umum lainnya karena kekurangan vitamin D. (Lawrence Kim, MD, 2005, section 5)
Hipersekresi hormon paratiroid pada hiperparatiroidisme sekunder sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium terionisasi didalam serum. (Clivge R. Taylor, 2005, 780)
Hiperparatiroidisme sekunder adalah hiperplasia kompensatorik keempat kelenjar yang bertujuan untuk mengoreksi penurunan kadar kalsium serum. Pada sebagian besar kasus, kadar kalsium serum dikoreksi ke nilai normal, tetapi tidak mengalami peningkatan. Kadang-kadang, terjadi overkoreksi dan kadar kalsium serum melebihi normal; pasien kemudian dapat mengalami gejala hiperkalsemia.
b.    Etiologi
Pada keadaan gagal ginjal, ada banyak factor yang merangsang produksi hormon paratiroid berlebih. Salah satu faktornya termasuk hipokalsemia, kekurangan produksi vitamin D karena penyakit ginjal, dan hiperpospatemia. Hiperpospatemia berperan penting dalam perkembangan hyperplasia paratiroid yang akhirnya akan meningkatkan produksi hormon paratiroid.
c.    Patofisiologi
Produksi hormon paratiroid yang berlebih disertai dengan gagal ginjal dapat menyebabkan berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulng yang sering terjadi adalah osteitis fibrosa cystica, suatu penyakit meningkatnya resorpsi tulang karena peningkatan kadar hormon paratiroid. Penyakit tulang lainnya juga sering terjadi pada pasien, tapi tidak muncul secara langsung.
d.   Gambaran klinis
Hiperparatiroidisme sekunder biasanya disertai dengan penurunan kadar kalsium serum yang normal atau sedikit menurun dengan kadar PTH tinggi dan fosfat serum rendah. Perubahan tulang disebabkan oleh konsentrasi PTH yang tinggi sama dengan pada hiperparatiroidisme primer. Beberapa pasien menunjukkan kadar kalsium serum tinggi dan dapat mengalami semua komplikasi ginjal, vaskular, neurologik yang disebabkan oleh hiperkalsemia.
e.    Tes laboratorium
Semua pasien yang menderita gagal ginjal sebaiknya kadar kalsium, fosfor, dan level hormon paratiroidnya dimonitor secara reguler. Pasien hiperparatiroidisme biasanya mempunyai kadar kalsium yang dibawah normal dan peningkatan kadar hormon paratiroid.
f.     Penyembuhan
Tidak seperti hiperparatiroidisme, manajemen medis adalah hal yang utama untuk perawatan hiperparatiroidisme sekunder. Penyembuhan dengan calcitriol dan kalsium dapat mencegah atau meminimalisir hiperparatiroidisme sekunder. Kontrol kadar cairan fosfat dengan diet rendah fosfat juga penting.Pasien yang mengalami predialysis renal failure, biasanya mengalami peningkatan kadar hormon paratiroid. Penekanan sekresi hormon paratiroid dengan low-dose calcitriol mungkin dapat mencegah hiperplasia kelenjar paratiroid dan hiperparatiroidisme sekunder.Pasien yang mengalami dialysis-dependent chronic failure membutuhkan calcitriol, suplemen kalsium, fosfat bebas aluminium, dan cinacalcet (sensipar) untuk memelihara level cairan kalsium dan fosfat. Karena pasien dialysis relatif rentan terhadap hormon paratiroid.Pasien yang mengalami nyilu tulang atau patah tulang, pruritus, dan calciphylaxis perlu perawatan dengan jalan operasi. Kegagalan pada terapi medis untuk mengontrol hiperparatiroidisme juga mengindikasikan untuk menjalani operasi. Umumnya, jika level hormon paratiroid lebih tinggi dari 400-500 pg/mL setelah pengoreksian kadar kalsium dan level fosfor dan tebukti adanya kelainan pada tulang, pengangkatan kelenjar paratiroid sebaiknya dipertimbangkan.
3.    Hyperparathyroidism tersier (hiperparatiroidisme tersier)
a.    Definisi
Hiperparatiroidisme tersier adalah perkembangan dari hiperparatiroidisme sekunder yang telah diderita lama. Penyakit hiperparatiroidisme tersier ini ditandai dengan perkembangan hipersekresi hormon paratiroid karena hiperkalsemia.
b.    Etiologi
Penyebabnya masih belum diketahui. Perubahan mungkin terjadi pada titik pengatur mekanisme kalsium pada level hiperkalsemik.
c.    Patofisiologi
Hiperparatiroidisme tersier paling umum diamati pada pasien penderita hiperparatiroidisme sekunder yang kronis dan yang telah menjalani cangkok ginjal. Kelenjar hipertrophied paratiroid gagal kembali menjadi normal dan terus mengeluarkan hormon paratiroid berlebih, meskipun kadar cairan kalsium masih dalam level normal atau bahkan berada diatas normal. Pada kasus ini, kelenjar hipertropid menjadi autonomi dan menyebabkan hiperkalsemia, bahkan setelah penekanan kadar kalsium dan terapi kalsitriol. Penyakit tipe ketiga ini sangat berbahaya karena kadar phosfat sering naik.
d.   Presentasi klinis
Manifestasi klinis dari hiperparatiroidisme tersier meliputi hiperparatiroidisme yang kebal setelah pencangkokan ginjal atau hiperkalsemia baru pada hiperparatiroidisme sekunder akut.



e.    Pengobatan
Pengobatan penyakit hiperparatiroidisme tersier adalah dengan cara pengangkatan total kelenjar paratiroid disertai pencangkokan atau pengangkatan sebagian kelenjar paratiroid.
D. Faktor Pencetus
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone, PTH) yang bersama-sama dengan Vit D3 (1.25-dthydroxycholccalciferal), dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus.
E. Patofisiologis
Sekitar 6-10 % kasus berawal dari adenoma pada lobus inferior kelenjar paratiroid. Adenoma paratiroid bisa terdapat di thymus, tiroid, pericardium, esophagus bagian belakang. Adenoma biasa beratnya 0,5-5 gram tapi bisa juga beratnya 10-20 gram. Chief cells sering dominan pada hiperplasia atau adenoma. Adenoma kadang-kadang encapsulated berbentuk lingkaran dengan jaringan sekitar. Dengan hiperplasia chief cell, pembesaran bisa asimetrik yang terlihat sangat nyata. Karsinoma paratiroid biasanya karakternya tidak agresif. Daya hidup jangka panjang tanpa rekurens jika operasi yang dilakukan dalam mengangkat kelenjar tanpa menimbulkan rupture dari kapsul. Karsinoma paratiroid yang rekuren biasanya tumbuhnya lambat dengan penyebarannya ke leher, dan operasi untuk koreksi ulang mungkin dapat dilakukan. Karsinoma paratiroid akan lebih agresif jika ada metastasis (ke paru, hepar, dan tulang) ditemukan pada saat permulaan operasi. Jika kadar kalsium antara 3,5-3,7 mmol / L (14-15 mg / dL) merupakan tanda awal adanya karsinoma dan tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat kelenjar yang abnormal dengan perhatian akan rupturnya capsul.
Pada hiperparatiroidisme, kelebihan jumlah sekresi PTH menyebabkan hiperkalsemia yang langsung bisa menimbulkan efek pada reseptor di tulang, traktus intestinal, dan ginjal. Secara fisiologis sekresi PTH dihambat dengan tingginya ion kalsium serum. Mekanisme ini tidak aktif pada keadaan adenoma, atau hiperplasia kelenjar, dimana hipersekresi PTH berlangsung bersamaan dengan hiperkalsemia. Resorpsi kalsium dari tulang dan peningkatan absorpsi dari usus merupakan efek langsung dari peningkatan PTH. Dalam non hiperparatiroid hiperkalsemia, tidak ada kompensasi ginjal dan traktus intestinal pada kalsium yang normal. Mekanisme ini tidak berlaku pada saat peningkatan PTH bersamaan dengan hiperkalsemia. Pada saat kadar kalsium serum mendekati 12 mg/dL, tubular ginjal mereabsorpsi kalsium secara berlebihan sehingga terjadi keadaan hiperkalsiuria. Hal ini dapat meningkatkan insidens nefrolithiasis, yang dapat menimbulkan penurunan kreanini klearens dan gagal ginjal. Peningkatan kadar kalsium ekstraselular dapat mengendap pada jaringan halus. Rasa sakit timbul akibat kalsifikasi berbentuk nodul pada kulit, jaringan subkutis, tendon (kalsifikasi tendonitis), dan kartilago (khondrokalsinosis).
Vitamin D memainkan peranan penting dalam metabolisme kalsium sebab dibutuhkan oleh PTH untuk bekerja di target organ. Kadar vitamin D dalam tubuh dapat berkurang pada keadaan hiperparatiroid, yang mungkin mengurangi kadar kalsium dalam sirkulasi. Metabolisme vitamin D dapat menjadi gangguan pada gagal ginjal kronik, yang menghambat absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal. Penipisan kadar kalsium yang progressive dari tulang oleh PTH dan penurunan absorpsi gastrointestinal dari usus mengarah ke osteomalasia dan osteitis fibrosa cystica tahap lanjut ( sangat jarang dijumpai sekarang). Peranan fosfat serum juga sangt penting. Reabsorpsi tubular ginjal untuk fosfat berkurang karena PTH, awal untuk hiperfosfaturia dan penurunan kadar fosfat serum. Hipofosfatemia sebenarnya dapat memperburuk hiperkalsemia dengan meningkatkan sekresi bentuk aktif vitamin D di ginjal.
F.   Tanda dan Gejala
Kebanyakan pasien dengan hiperparatiroidisme adalah asimtomatik. Manifestasi utama dari hiperparatiroidisme terutama pada ginjal dan tulang. Kelainan pada ginjal terutama akibat deposit kalsium pada parenkim ginjalatau nefrolitiasis yang rekuren. Dengan deteksi dini, komplikasi ke ginjal dapat berkurang pada ± 20 % pasien. Batu ginjal biasanya terdiri dari kalsium oksalat atau kalsium fosfat. Pada kebanyakan pasien episode berulang dari nefrolitiasis atau pembesaran kalikuli ginjal dapat mengawali obstruksi traktus urinarius, infeksi, gagal fungsi ginjal. Nefrolitiasis juga menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan retensi fosfat. Manifestasi ke tulang dari hiperparatiroidisme adalah osteitis fibrosa cystica. Osteitis fibrosa cystica sangat jarang terjadi pada hiperparatiroidisme primer. Secara histologis, gambran patognomonik adalah peningkatan giant multinukleal osteoklas pada lakuna Howship dan penggantian sel normal dan sumsum tulang dengan jaringan fibrotik. Pada pasien disertai dengan gejala disfungsi sistem saraf pusat, nervis dan otot perifer, traktus gastrointestinal, dan sendi. Manifestasi dari neuromuscular termasuk tenaga otot berkurang (paroxysmal muscular weakness), mudah lelah, dan atrofi otot yang mungkin menyolok adalah tanda kelainan neuromuscular primer. Manifestasi pada traktus gastrointestinal kadang-kadang ringan dan termasuk kelainan abdominal yang agak susah didiagnosis, kelainan lambung dan pancreas. Pada MEN 1 pasien dengan hiperparatiroidisme ulkus duodenum mungkin akibat dari tumor pancreas yang meningkatkan jumlah gastrin Khondrokalcinosis dan pseudogout frekuensinya kurang pada hiperparatiroidisme yang di skrining dari beberapa pasien.
Efek dari hiperkalsemia adalah sebagai berikut:
1.    Sistem saraf pusat: Perubahan mental, penurunan daya ingat, emosional tidak stabil, depresi, gangguan tidur, koma.
2.    Neuromuscular: Tenaga otot berkurang (paroxysmal muscular weakness), rasa sakit pada sendi dan otot akibat penimbunan kalsium, pruritus, dan pergerakan tangan yang abnormal pada saat tidur.
3.    Gastrointestinal: Ulkus peptikum, pankreatitis, nausea, vomiting, reflux, dan kehilangan nafsu makan.
4.    Kardiovaskular: Hipertensi.
5.    Mata: Konjunctivitis, keratopathy.
6.    Kulit: Pruritus.
G.                Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
·      Kalsium serum meninggi
·      Fosfat serum rendah
·      Fosfatase alkali meninggi
·      Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah
Foto Rontgen:
·      Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi
·      Cystic-cystic dalam tulang
·      Trabeculae di tulang
PA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus bertambah
H.  Penatalaksanaan
1.    Kausal: Tindakan bedah, ekstirpasi tumor.
2.    Simptomatis: Hiperkalsemia ringan (12 mgr % atau 3 mmol / L) dan Hidrasi dengan infus
3.    Sodium chloride per os
4.    Dosis-dosis kecil diuretika (furosemide) Hiperkalsemia berat (> 15 mgr % atau 3,75 mmol / L)
5.    Koreksi (rehidrasi) cepat per infus
6.    Forced diuresis dengan furosemide
7.    Plicamycin (mitramcin) 25 ug / kg BB sebagai bolus atau infus perlahn-lahan (1-2 kali seminggu)
8.    Fosfat secara intravena (kalau ada indikasi)
9.    Dialysis peritoneal, kalau ada insufisiensi ginjal.

I.     Komplikasi
Krisis hiperkalsemia akut dapat terjadi pada hiperparatiroidisme. Keadaan ini terjadi pada kenaikan kadar kalsium serum yang ekstrim. Kadar yang melebihi 15 mg/dl (3,7 mmol/L) akan mengakibatkan gejala neurologi, kardiovaskuler dan ginjal yang dapat membawa kematian.
Pembentukan batu pada salah satu atau kedua ginjal yang berkaitan dengan peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor merupakan salah satu komplikasi hiperparatiroidisme yang penting dan terjadi pada 55% penderita hiperparatiroidisme primer. Kerusakan ginjal terjadi akibat presipitasi kalsium fosfat dalam pelvis dan ginjal parenkim yang mengakibatkan batu ginjal (renal calculi), obstruksi, pielonefritis serta gagal ginjal.
Pencegahan Komplikasi
a.    Minum banyak cairan, khususnya air putih. Meminum banyak cairan dapat mencegah pembentukan batu ginjal.
b.    Latihan. Ini salah satu cara terbaik untuk membentuk tulang kuatn dan memperlambat pengraphan tulang.
c.    Penuhi kebutuhan vitamin D. sebelum berusia 50 tahun, rekomendasi minimal vitamin D yang harus dipenuhi setiap hari adalah 200 International Units (IU). Setelah berusisa lebih dari 50 tahun, asupan vitamin D harus lebih tinggi, sekitar 400-800 IU perhari.
d.   Jangan merokok. Merokok dapat meningkatkan pengrapuhan tulang seiring meningkatnya masalah kesehatan, termasuk kanker.
e.    Waspada terhadap kondisi yang dapat meningkatkan kadar kalsium. Kondisi tertentu seperti penykit gastrointestinal dapat menyebabkan kadar kalsium dalam darah meningkat.

J.     Prognosis
Pengobatan hiperparatiroidisme sekunder pada kebanyakan pasien berhasil. Pasien yang menjalani pengangkatan kelenjar paratiroid mempunyai kira-kira 10% resiko kumatnya penyakit. Hal ini mungkin berkaitan dengan fungsi yang berlebihan atau hilangya kelenjar dileher atau hiperplasia. Adakalanya pasien yang telah menjalani operasi tetap mengalami hiperparatiroidisme, jika jaringan telah dicangkkok, adakalanya pencagkokan dapat membalikkan hipoparatiroidisme.
K.  Pengkajian
·      Data yang dikumpulkan pada klien dgn hiperparatiroid adalah :
·      Adanya riwayat ISK atau pernah Obstruksi batu.
·      Makan dan Minum
·      Adanya riwayat klien mengkonsumsi makan/minuman diet tinggi kalsium/susu
·      Nyeri / rasa nyaman
·      Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
·      Mengkonsumsi obat antibiotik terlalu lama.
·      Riwayat Penyakit Keluarga
·      Adanya riwayat Penyakit Ginjal, ISK.
·      Pengetahuan
·      Pemeriksaan Diagnostik.
·      Pemeriksaan urin
·      Pemeriksaan darah lengkap.
·      Radiologi / x-ra.
·      IVP
·      CT. Scan
·      USG


Pada pemeriksaan fisik, kelainan bentuk skletal dicatat, deformitas spinal, dan deformitas yang bengkok dari tulang panjang mungkin memberikan ketidakbiasaan penampilan pada pasien dan cara berjalan loyo/lemah. Mungkin terdapat kelemahan otot, pasien mungkin menjadi tidak senang dengan penampilannnya.

L.   Diagnosa Keperawatan
1.    Nyeri berhubungan dengan kelemahan dan kemungkinan fraktur. meningkatnya kontraksi ureter, trauma jaringan, terbentuknya edema.
2.    Gangguan Pola eliminasi buang air kecil berhubungan dengan iritasi ginjal/ureter, obstruksi mekanik, implamasi, stimulasi kandung kencing oleh batu.
3.    Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan prosedur perawatan.berhubungan dengan informasi yang salah.

M. Rencana Keperawatan
Tujuan
·      Rasa nyaman nyeri teratasi.
·      Gangguan pola eliminasi teratasi.
·      Klien akan membuka diri meminta informasi.
Intervensi
a)    Amati & catat lokasi, durasi, intensitas penyebaran nyeri.
b)   Jelaskan penyebab nyeri.
c)    Lakukan gate kontrol pada punggung.
d)   Ajarkan teknik relaksasi.
e)    Beri intake cairan 3000 ml – 4000 ml / hari.
f)    Kolaborasi pemberian obat-obatan.
g)   Monitor intake / out put.
h)   Amati buang air kecil
i)     Siapkan urine laboratorium.
j)     Observasi keadaan kandung kemih.
k)   Kolaborasi pemeriksaan laboratorium.
l)     Monitor tanda vital.
m) Beri diet sesuai program.
n)   Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
o)   Jelaskan pentingnya intake cairan 3000 – 4000 ml/hr.
p)   Jelaskan tentang pengaturan diet.
q)   Diskusikan bersama klien/keluarga tentang aturan pengobatan & jenis makanan.
r)     Anjurkan untuk bergerak ringan pada waktu pengkajian misalnya dengan mengubah posisi secara berulang-ulang untuk membantu mengurangi gejala ketidaknyamanan dengan immobilitas.
s)    Beri aktivitas yang mengalihkan perhatian pasien ke hal lain seperti mengajak bicara, nonton TV, dan tehnik distraksi lain, hal tersebut akan mengurangi persepsi klien terhadap nyeri.
t)     Analgetik dibutuhkan untuk mengurangi rasa nyeri, respon pasien terhadap pengobatan dimonitor sebagai respon keadaan untuk terapy.
Pemahaman tentang proses penyakit dan prosedur perawatan. Pendidikan kesehatan tentang penyebab osteomalasia dan pendekatan untuk pengawasan penyakitnya. Pasien dianjurkan untuk diet sumber kalsium dan vitamin D (susu, sereal, telur dan hati ayam). Dosis yang tinggi dari vitamin D dapat menjadi racun dan faktor penunjang untuk terjadinya hypercalsemia, yang terpenting adalah memonitor tekanan rata-rata serum kalsium.
N.  Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1.    Mencapai pengurangan rasa nyeri.
·      Pasien melaporkan adanya perasaan nyaman.
·      Pasien melaporkan berkurangnya kelemahan tulang
2.    Pemahaman tentang proses penyakit dan prosedur perawatan.
·      Pasien mengetahui proses perjalanan penyakit dan prosedur perawatan.
·      Penggunaan sesuai kebutuhan terapi calsium dan vitamin D.
·      Memonitor rata-rata serum kalsium untuk kelanjutan kesembuhan penyakit.
·      Selalu follow up tentang semua ketetapan perawatan kesehatan.





DAFTAR PUSTAKA
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/kedokteran/penyakit-kelenjar-paratiroid
http://ismailskep.wordpress.com/2008/11/17/asuhan-keperawatan-klien-nefrolitiasis/
http://keperawatanperkemihan.blogspot.com/
http://ns-nining.blogspot.com/2008/03/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-ca.html
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/05/askep-osteomalasia/
Saputra, Lyndon dr.2002.Kapita selekta kedokteran jilid 1. Batam:Binarupa Aksara. Hal 164-165.
Sjamsuhidayat, R, Wim de Jong. 2004.Buku Ajar Ilmu Bedah-Ed.2.Jakarta: EGC. Hal 695
Stephen J. Marx, M.D. “Hyperparathyroid And Hypoparathyroid Disorders”. The New England Journal of Medicine. Volume 343:1863-1875. December 21, 2000