Sabtu, 14 Januari 2012

HEPATITIS



A.    Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas / menyebar.
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
1.    Hepatitis A
Hepatitis A adalah jenis peradangan hati yang disebabakan oleh suatu virus RNA dari famili enterovirus.
2.    Hepatitis B
Hepatitis B adalah salah satu peradangan hati yang disebabkan oleh suatu virus
hepatitis B.
3.    Hepatitis C
Hepatitis C adalah penyakit hati yang menular melalui darah yang disebabkan oleh virus hepatitis C (VHC).
4.    Hepatitis D
Hepatitis D adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis D (VHD) atau virus delta, virus ini adalah virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitits D.
5.    Hepatitis E
Hepatitis E adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis E.
B.     Anatomi dan Fisiologi Hepar
   

Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25% berat badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas atas hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis.
Omentum minor terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan dibalik kandung empedu. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis cantlie yang terdapat mulai dari vena cava sampai kandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relatif sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi. Secara mikroskopis didalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis.


Organ ini penting untuk sekresi empedu, namun juga memiliki fungi lain antara lain :
1. Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari saluran pencernaan.
2. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainya.
3. Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan darah dan untuk mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak
7. Ekskresi kolesterol dan bilirubin.

Darah vena memasuki hati melalui hubungan vaskuler yang khas dan kompleks yang dikenal sebagai sistem porta hati. Vena yang mengalir dari saluran cerna tidak secara langsung menyatu pada vena cava inferior akan tetapi vena vena dari lambung dan usus terlebih dahulu memasuki sistem vena porta. Pada sistem ini produk-produk yang diserap dari saluran cerna untuk diolah, disimpan, dan didetoksifikasi sebelum produk produk tersebut kembali ke sirkulasi besar.

Stabilitas
Hepar dipertahankan pada tempatnya oleh :
Vena hepatica dan vena cava inferior. Seluruh vena hepatica terletak intra hepatika terletak intra hepatik dan masuk kedalam vena cava inferior ketika melewati sulkus di facies posterior hepar.
Perlekatan lig. Triangularis kiri dan lig. Teres.
3. Organ visera dibawahnya (gaster dan fleksura hepatika kolon).
Hepar dihubungkan dengan dinding abdomen dan diaphragma oleh 5 ligamen yaitu :
Ligamentum falsiformis
Ligamentum koronarius
Ligamentum triangularis kanan dan kiri
Ligamentum fibrosa (terbentuk dari embriogenik vena umbilikalis).

Lobus - lobus hepar
Lobus-lobus hepar adalah lobus sinistra, kaudatus, kuadratus dan dekstra. Secara anatomis, pada sisi anterosuperior oleh lig. Falsiformis dibagi menjadi lobus dekstra dan sinistra. Pada sisi posterior, lobus kaudatus terletak diantara vena cava inferior dan fissura ligamentum venosum . Lobus ini memiliki prosessus kaudatus ( berupa ismus jaringan hepar ) yang menghubungkannya dengan lobus dekstra. Lobus kuadratus terletak antara fossa vesika fellea dan fissura ligamentum teres.
Secara fungsional, lobus kaudatus dan lobus kuadratus termasuk lobus sinistra karena pendarahannya berasal dari cabang – cabang a. hepatika sinistra dan v. porta serta menyalurkan empedu ke duktus hepatikus sinistra.

Perdarahan
Aliran darah dari seluruh traktus gastrointestinal dibawa menuju ke hepar oleh v. porta hepatis. Cabang dari vena ini berjalan diantara lobulus dan berakhir di sinusoid. Oksigenasi darah disuplai oleh arteri hepatica. Darah meninggalkan hepar melalui vena sentralis dari setiap lobulus yang mengalir melalui vena hepatica.

Vena hepatika
Satu dari beberapa vena pendek yang berasal dari lobus hepar sebagai cabang kecil. Vena ini mengarah langsung menuju vena kava inferior, mengalirkan darah dari hepar.

Vena cava inferior
Terbentuk dari bersatunya vena iliaka komunis kanan dan kiri, mengumpulkan darah dari bagian tubuh dibawah diaphragma dan mengalir menuju atrium kanan jantung

Arteri hepatika
Arteri ini merupakan cabang dari truncus coeliacus (berasal dari aorta abdminalis) dan mensuplai 20 % darah hepar.



Vena porta hepatis
Pembuluh darah yang mengalirkan darah yang berasal dari seluruh traktus gastrointestinal. Pembuluh ini mensuplai 80 % darah hepar.
Hepar menerima darah dari dua sumber : arterial dan vena. Perdarahan arterial dilakukan oleh arteri hepatika yang bercabang menjadi kiri dan kanan dalam porta hepatis (berbentuk Y). Cabang kanan melintas di posterior duktus hepatis dan dihepar menjadi segmen anterior dan posterior. Cabang kiri menjadi medial dan lateral. Kadang-kadang a. hepatika komunis muncul dari a. mesenterika superior atau a. gastrika sinistra disebut a. hepatika abberans. Mereka ini dapat menggantikan cabang-cabang normal atau merupakan tambahan. Yang paling umum dijumpai adalah a. hepatika sinistra dari a. gastrika sinistra.
Darah vena dibawa ke hepar oleh vena porta yang didalam porta hepatis terbagi menjadi cabang kanan dan kiri. Vena ini mengandung darah yang berisi produk-produk digestif dan dimetabolisme oleh sel hepar. Hepar sebelah kiri dan kanan tidak mempunyai hubungan arterial. Jika terpaksa dilakukan ligasi pada salah satu cabang a. hepar, maka suplai darah dialkukan oleh anastomosis afienicus yang cukup memberikan kolateralisasi. Dari vena porta darah memasuki sinusoid-sinusoid hati lalu menuju ke lobulus-lobulus hepar untuk mencapai sentralnya. Darah arteri dan vena bergabung dalam sinusoid dan masuk kedalam vena sentral dan berakhir pada vena hepatika. Terdapat tiga vena utama yaitu: medial (terbesar), dekstra dan sinistra.

Persarafan dilakukan oleh :
Nervus simpatikus : dari ganglion seliakus, berjalan bersama pembuluh darah pada lig. hepatogastrika dan masuk porta hepatis
Nervus vagus : dari trunkus sinistra yang mencapai porta hepatis mneyusuri kurvatura minor gaster dalam omentum.




C.    Etiologi / Penyebab Hepatitis
1.      Virus
2.      Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3.      Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
Gejala dan tanda penyakit hepatitis adalah sebagai berikut :
1.      Selera makan hilang
2.      Rasa tidak enak di perut
3.      Mual sampai muntah
4.      Demam tidak tinggi
5.      Kadang-kadang disertai nyeri sendi
6.      Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)
7.      Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning
8.      Kulit seluruh tubuh tampak kuning

Pada orang dewasa sebagian besar infeksi virus hepatitis akut akan sembuh dan hanya sebagian kecil (5 – 10%) yang akan menetap/ menahun.
Pada kasus yang menahun :
1.      Manifestasi bisa tanpa keluhan/ gejala atau dengan keluhan/ gejala ringan
2.      Diagnosis umumnya ditemukan pada waktu mengadakan konsultasi ke dokter, hasil laboratorium menunjukkan peninggian SGPT/ SGOT.
3.      Air seni berwarna coklat seperti air teh.
TABEL

Type A
Type B
Type C
Type D
Type E
Metode transmisi
Fekal-oral melalui orang lain
Parenteral seksual, perinatal
Parenteral jarang seksual, orang ke orang, perinatal, transfusi darah
Parenteral perinatal, memerlukan koinfeksi dengan type B
Fekal-oral
Keparahan
Tak ikterik dan asimto- matik. Angka fatalitas <1%. Tidak terdapat status karier atau meningkatnya risiko hepatitis kronis, sirosis atau kanker hati.
Parah. Angka fatalitas 1-10%. Status karier mungkin terjadi. Meningkatnya risiko hepatitis kronis, sirosis dan kanker hati.
Menyebar luas, dapat berkembang sampai kronis. Sering terjadi status kerier yang kronis. Meningkatnya risiko kanker hati.
Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut. Serupa dengan HBV, tetapi kemungkinan status karier, hepatitis aktif yang kronis dan sirosis lebih besar.
Serupa dengan HAV, kecuali sangat berat pada wanita yang hamil.
Sumber virus
Darah, feces, saliva
Darah, saliva, semen, sekresi vagina
Terutama melalui darah
Melalui darah
Darah, feces, saliva



Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Hepatitis D
Hepatitis C
Nama Sebelumnya
Hepatitis Infeksiosa
Hepatitis serum
Hepatitis non-A, non-B

-
-
Masa Inkubasi (hari)
15-49 hari. Rata-rata 30 hari.

28-160 hari. Rata-rata 70-80 hari.
15-160 hari. Rata-rata 50 hari.
21-140 hari. Rata-rata 35 hari.
15-65 hari. Rata-rata 42 hari.
Tanda dan Gejala
Dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Fase Preikterik: sakit kepala, malaise, fatigue, anoreksia, febris.
Fase Ikterik: urin yang berwarna gelap, gejala ikterus pada sclera dan kulit, nyeri tekan pada hati.
Dapat terjadi tanpa gejala. Dapat timbul artralgia, ruam.
Serupa dengan HBV tidak begitu berat dan anikterik.
Serupa dengan HBV.
Serupa dengan HAV. Sangat berat pada wanita yang hamil.


D.Patofisiologi Hepatitis
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
Phase atau tahap penyembuhan dari hepatitis adalah ditandai dengan aktifitas fagositosis dan aktifitas enzym , perbaikan sel-sel hepar . Jika tidak sungguh-sungguh komplikasi berkembang , sebagian besar penyembuhan fungsi hati klien secara normal setelah hepatitis virus kalah . Regenerasi lengkap biasanya terjadi dalam dua sampai tiga bulan.

E. Tanda dan Gejala Hepatitis
1.      Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

2.      Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

3.      Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

4.      Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen, meliputi pemeriksaan urobilirubin direk, bilirubun serum total, bilirubin urine, urobilinogen urine dan urobilinogen feses.
b. Pemeriksaan protein, meliputi pemeriksaan protein totel serum, albumin serum, globulin serum dan HbsAG.          
c. Waktu protombin, yaitu respon waktu protombin terhadap vitamin K.
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase, meliputi pemeriksaan AST atau SGOT, ALT atau SGPT, LDH dan amonia serum.
           
2. Radiologi, meliputi pemeriksaan:
a. Foto rontgen abdomen.
b. Pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
c. Kolestogram dan kalangiogram.
d. Arteriografi pembuluh darah seliaka.
3.Pemeriksaan tambahan, meliputi pemeriksaan laparoskopi dan biopsi hati

G. Komplikasi Penyakit Hepatitis
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

H.    Penatalaksanaan Penyakit Hepatitis
1.      Hepatitis A
Tirah baring selama stadium akut dan diet yang akseptabel serta bergizi merupakan bagian dari pengobatan dan asuhan keperawatan. Selama periode anoreksia, pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering dan jika diperlukan, disertai dengan infus glukosa. Karena pasien sering menolak makan, kreatifitas dan bujukan yang persisten namun dilakukan dengan halus mungkin diperlukan untuk merangsang selera makan pasien. Jumlah makanan dan cairan yang optimal diperlukan untuk menghadapi penurunan berat badan dan kesembuhan yang lambat,namun demikian, banyak pasien telah pulih selera makannya bahkan sebelum fase ikterik sehingga tidak perlu untuk mempertahankan diet yang baik.
            Perasaan sehat yang dialami pasien di samping hasil-hasil pemeriksaan laboratorium umumnya merupakan pedoman yang tepat untuk menentukan diperlukannya tirah baring dan pembatasan aktivitas fisik. Ambulasi bertahan namun regresif atau mempercepat pemulihan bila pasien beristirahat setelah melakukan aktifitas dan tidak turut serta dalam aktivitas yang menimbulkan kelelahan.

2. Hepatitis B
Ujicoba klinik dengan interferon menunjukkan bahwa terapi dini dengan penyuntikan interferon setiap hari akan menyembuhkan penyakit hepatitis B. Pada lebih dari sepertiga pasien dan menghilangkan antigen permukaan antigen hepatitis B (yang menunjukkan status karier) pada 10% pasien. Meskipun hasil-hasil ini menimbulkan harapan yang besar, interferon ternyata tidak efektif pada sejumlah pasien, harus diberikan dengan penyuntikan setiap hari dan memiliki efek samping yang seignifikan, termasuk intoksikasi hati. Karena itu, preparat interferon hanya boleh diberikan pada kondisi yang terkendali dan cermat.
Tirah baring atau bed rest biasanyadirekomendasikan tanpa memperhitungkan bentuk terapi yang lain sampai gejala hepatitis sudah mereda. Selanjutnya, aktifitas pasien harus dibatasi sampai gejala pembesaran hati dan kenaikan kadar bilirubin serta enzim-enzim hati dalam serum sudah kembali normal.
Nutrisi yang adekuat harus dipertahankan; asupan protein dibatasi bila kemampuan hati untuk memetabolisasi produk sampingan protein terganggu sebagaimana diperlihatkan oleh gejalanya. Upaya kuratif untuk mengendalikan gejala dispepsia dan malaise umum mencakup penggunaan antasid, beladona serta preparat anti emetik. Meskipun demikian, semua obat ini harus dihindari jika terdapat muntah. Apabila muntah tetap terjadi, pasien harus dirawat di rumah sakit dan mendapat terapi cairan. Mengingat cara penularannya pasien tersebut harus dievaluasi untuk mendeteksi penyakit lain yang ditularkan lewat darah.
Masa pemulihan dapat berlangsung lama dan pemulihan gejala yang lengkap kadang-kadang membutuhkan waktu 3 atau 4 bulan atau lebih lama lagi. Selama stadium pemulihan ini, pengembalian aktivitas fisik yang berangsur-angsur diperbolehkan dan harus dianjurkan sesudah gejala ikterus menghilang.
Pertimbangan psikososial harus dikenali oleh perawat, khususnya akibat pengisolasian dan pemisahan pasien dari keluarga serta sahabat mereka selama stadium akut dan infektif. Perencanaan khusus diperlukan untuk meminimalkan perubahan dalam persepsi sensorik. Keluarga perlu diikutsertakan dalam perencanaan untuk mengurangi rasa takut dan cemas dalam diri pasien tentang penularan penyakit terebut.
3.Hepatitis C
Terapi interferon dosis rendah untuk jangka waktu yang lama terbukti efektif dalam sejumlah uji coba pendahuluan pada beberapa penderita hepetitis C; walau begitu, respons tersebut hanya bersifat sementara. Kombinasi preparat interferon dengan ribavirin, suatu analog nkliusida, kini tengah diuji untuk menentukan apakah terdapat manfaat yang lebih lama ( Fried & Hoofnagle, 1995).
      Pemeriksaan sekrining hepatitis C pada darah yang akan digunakan untuk tranfusi telah mengurangi jumlah kasus hepatitis yang berkaitan dengan transfusi.
4.Hepatitis D
      Terapi hepatitis D serupa dengan terapi pada bentuk hepatitis yang lain, meskipun penggunaan interferon yang merupakan obat khusus bagi hepatitis D masih diselidiki.
5.Hepatitis E
      Efektifitas preparat imun globulin dalam memberikan perlindungan terhadap virus hepatitis E belum diketahui. 


I.       Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hepatitis
1.     Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan / gangguan hati, antara lain:
1.Aktivitas, meliputi kelemahan, kelelahan dan malaise.
2. Sirkulasi, meliputi bradikardi ( hiperbilirubin berat ) dan ikterik pada sklera kulit dan membran mukosa.
3. Eliminasi urine gelap, diare feses warna tanah liat.
4. Makanan dan Cairan, meliputi anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah peningkatan oedema dan asites/acites.
5. Neurosensori, meliputi peka terhadap rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan, meliputi kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan, mialgia, atralgia, sakit kepala dan gatal ( pruritus ).
7. Keamanan, meliputi demam, urtikaria, lesi makulopopuler, eritema, splenomegali dan pembesaran nodus servikal posterior.
8. Seksualitas, meliputi pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan.

2.       Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus

3. Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
a.Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b.Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling sering
R/adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
c.Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
d.Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
e.Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

2.Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
a.Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri
R/nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b.Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
- Akui adanya nyeri
- Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
c.Berikan informasi akurat dan
- Jelaskan penyebab nyeri
- Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi peningkatan suhu
a. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi

c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan

Tidak ada komentar: