A.
DEFINISI
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani
(Dys-), berarti sulit , dan (Pepse), berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan
keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian
atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus
klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini
tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488). Batasan
dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah
diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh
misalnya tukak
b. Dispepsia non organik, atau
dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas
penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai
kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan).
Definisi lain, dispepsia adalah nyeri
atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada, yang sering dirasakan
sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau rasa terbakar di perut.
B.
ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi
Lambung terletak oblik dari kiri
ke kanan menyilang di abdomen atas tepat dibawah diafragma. Dalam keadaan
kosong lambung berbentuk tabung J, dan bila penuh berbentuk seperti buah
alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara anatomis lambung
terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorus. Sebelah atas lambung terdapat
cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura
mayor. Sfingter kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan.
Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan yang masuk
kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali.
Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah
kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk kedalam duodenum,
dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isis
usus halus kedalam lambung.
Lambung terdiri dari empat
lapisan yaitu :
a) lapisan peritoneal luar yang
merupakan lapisan serosa.
b) Lapisan berotot yang terdiri atas
3 lapisan :
1) Serabut longitudinal, yang tidak
dalam dan bersambung dengan otot esophagus.
2) Serabut sirkuler yang palig tebal
dan terletak di pylorus serta membentuk otot sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama.
3) Serabut oblik yang terutama dijumpai
pada fundus lambunh dan berjalan dari orivisium kardiak, kemudian membelok
kebawah melalui kurva tura minor (lengkung kelenjar).
c). Lapisan submukosa yang terdiri
atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan saluran limfe.
d) Lapisan mukosa yang terletak
disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak kerutan/ rugae, yang menghilang
bila organ itu mengembang karena berisi makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada
lapisan ini dan dikategorikan menurut bagian anatomi lambung yang ditempatinya.
Kelenjar kardia berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini mensekresikan
mukus. Kelenjar fundus atau gastric terletak di fundus dan pada hampir selurus
korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tipe-tipe utama sel. Sel-sel zimognik
atau chief cells mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin
dalam suasana asam. Sel-sel parietal mensekresikan asam hidroklorida dan faktor
intrinsik. Faktor intrinsik diperlukan untuk absorpsi vitamin B 12 di dalam
usus halus. Kekurangan faktor intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa.
Sel-sel mukus (leher) ditemukan dileher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik.
Sel-sel ini mensekresikan mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang
terletak pada pylorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk
menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresikan
oleh lambung adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium,
kalium, dan klorida.
Persarafan lambung sepenuhnya
otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan
dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus mempercabangkan ramus gastrik,
pilorik, hepatik dan seliaka. Pengetahuan tentang anatomi ini sangat penting,
karena vagotomi selektif merupakan tindakan pembedahan primer yang penting
dalam mengobati tukak duodenum.
Persarafan simpatis adalah
melalui saraf splenikus major dan ganlia seliakum. Serabut-serabut aferen
menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh peregangan, dan dirasakan di
daerah epigastrium. Serabut-serabut aferen simpatis menghambat gerakan dan
sekresi lambung. Pleksus saraf mesentrikus (auerbach) dan submukosa (meissner)
membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan mengkordinasi aktivitas
motoring dan sekresi mukosa lambung.
Seluruh suplai darah di lambung
dan pankreas (serat hati, empedu, dan limpa) terutama berasal dari daerah
arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang mempecabangkan cabang-cabang yang
mensuplai kurvatura minor dan mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam
klinis adalah arteri gastroduodenalis dan arteri pankreas tikoduodenalis
(retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak
dinding postrior duodenum dapat mengerosi arteria ini dan menyebabkan
perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum, serta berasal dari
2. Fisiologi
Fisiologi Lambung :
a. Mencerna makanan secara
mekanikal.
b. Sekresi, yaitu kelenjar dalam
mukosa lambung mensekresi 1500 – 3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya
yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang
disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.
c. Mencerna makanan secara kimiawi
yaitu dimana pertama kali protein dirobah menjadi polipeptida
d. Absorpsi, secara minimal terjadi
dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
e. Pencegahan, banyak mikroorganisme
dapat dihancurkan dalam lambung oleh HCL.
f. Mengontrol aliran chyme (makanan
yang sudah dicerna dalam lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk
kedalam duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari
fundus ke pylorus.
D.
PENYEBAB
1. Perubahan pola makan
2. Pengaruh obat-obatan yang dimakan
secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
3. Alkohol dan nikotin rokok
4. Tumor atau kanker saluran
pencernaan
5. Menelan udara (aerofagi)
6. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam
dari lambung
7. Iritasi lambung (gastritis)
8. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
9. Peradangan kandung empedu
(kolesistitis)
10. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan
mencerna susu dan produknya)
11. Kelainan gerakan usus
12. Stress psikologis,kecemasan, atau depresi
13. Infeksi Helicobacter pylory.
Dyspepsia disebabkan oleh beragam hal yang dapat ditelusuri berdasarkan
kategorinya.
1. Non-ulcer dyspepsia adalah dyspepsia yang
tidak diketahui penyebabnya karena – bila diendoskopi – bagian kerongkongan,
perut, atau duodenum terlihat normal, tidak menunjukkan borok sama sekali.
Diperkirakan 6 dari 10 penderita dyspesia tergolongdalam kategori ini
2. Duodenal and stomach (gastric) ulcers
yakni dyspesia yang disebabkan oleh borok diusus duabelas jari atau lambung.
Jenis ini kerap dinamai peptic ulcer.
3. Duodenitis and gastritis atau radang di
usus duabelas jari dan/atau lambung. Radang tersebut bisa saja ringan atau
parah, tergantung luksnya. Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres,
zat kimiam isalnya obat-obatan dan alkohol, makananyang pedas, panas
maupunasam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf
simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl)
di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa
mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan
menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus,
mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi
mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan
sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosagaster. Lapisan
mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerahfundus) dan
pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl
meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung
akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan).
Eksfeliasi selmukosa gaster akan mengakibatkan erosipada sel mukosa. Hilangnya
sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi
dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena
proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah
perdarahan. Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme
ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi seldan
muncullah respon radang kronis padagaster yaitu : destruksi kelenjar dan
metaplasia.
4. Acid reflux, oesophagitis and GERD. Acid
reflux terjadi ketika zat asam keluar darilambung dan naik ke kerongkongan.Acid
reflux bisa menyebabkan esofagitis (radangkerongkongan) atau gastro-oesophageal
reflux disease (GERD – acid reflux, denganatau tanpa esofagitis). Manifestasi
klinis GERD dapat berupa gejala yang tipikal(esofagus) dan gejala atipikal
(ekstraesofagus). Gejala GERD 70% merupakan tipikal,yaitu:
·
Heart burn. Heart burn adalah sensasi terbakar di daerah retrosternal. Gejalaheart
burn adalah gejala yang tersering.
·
Regurgitasi. Regurgitasi adalah kondisi di mana material lambung terasa dipharing.
Kemudian mulut terasa asam dan pahit. Kejadian ini dapatmenyebabkan komplikasi
paru-paru.
·
Disfagia. Disfagia biasanya terjadi oleh karena komplikasi berupa striktur.
Gejala atipikal (ekstraesofagus) seperti batuk kronik dan
kadang wheezing, suara serak, pneumonia asmpirasi, fibrosis paru,
bronkiektasis, dan nyeri dada nonkardiak.Data yang ada kejadian suara serak
14,8%, bronkhitis 14%, disfagia 13,5%, dispepsia10,6%, dan asma 9,3%.
Kadang-kadang gejala GERD tumpang tindih dengan gejala klinis dispepsia sehigga
keluhan GERD yang tipikal tidak mudah ditemukan. Spektrum klinik GERD
bervariasi mulai gejala refluks berupa heart burn, regurgitasi, dispepsia tipe
ulkus atau motilitas. Terdapat dua kelompok GERD yaitu GERD padapemeriksaan endoskopi
terdapat kelainan esofagitis erosif yang ditandai denganmucosal break dan yang
tidak terdapat mucosal break yang disebut Non Erosive Reflux Disease (NERD).
Manifestasi klinis GERD dapat menyerupai manifestasi klinis dispepsia
berdasarkan gejala yang paling dominan adalah:
- Manifestasi klinis mirip refluks yaitu bila gejala yang dominan adalah rasapanas di dada seperti terbakar.
- Manifestasi klinis mirip ulkus yaitu bila gejala yang dominan adalah nyeri uluhati.
- Manifestasi klinis dismotilitas yaitu gejala yang dominan adalah kembung,mual, dan cepat kenyang.
- Manifestasi klinis campuran atau nonspesifik.
5. Hiatus hernia atau lambung bagian atas menekan dada bagian bawah melalui
bagian diafragma yang bermasalah. Biasanya hiatus hernia hanya menyebabkan
GORD.
6. Infeksi bakteri H. pylori.
7. Efek samping obat-obatan tertentu, misalnya obat-obatan anti peradangan
atau obat-obatan lain (misalnya antibiotik dan steroid). Obat bisa menyebabkan
keluhan diperut bagian atas seperti NSAID, alendronate,orlistat, besi atau
suplement potassium,digitalis, theophylin, dan antibiotik oral. Pengurangan
dosis atau penghentian dosisbiasanya bisa mengurangi gejala dispepsia.
E.
PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak
teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol
serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga
lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada
lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
F.
TANDA DAN GEJALA
1. nyeri perut (abdominal
discomfort)
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut
8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara
tiba-tiba)
9. Banyak
mengeluarkan gas masam dari mulut(ruktus)
G.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Berbagai macam penyakit dapat
menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh
karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran
pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya,
maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga
perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
1.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu
dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya
seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia
fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak
menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu
dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan
sebaiknya menggunakan kontras ganda.
3. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada
dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
4. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak
invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan
diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek
samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat
dimanfaatkan
5. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi
atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan
lambung pada 30 – 40 % kasus.
H.
KOMPLIKASI
Dalam kebanyakan kasus, gangguan pencernaan
(dyspepsia) adalah ringan dan hanya terjadi sesekali. Namun, gangguan
pencernaan yang parah dapat menyebabkan komplikasi, beberapa di antaranya
diuraikan di bawah ini.
- Striktur esofagus
Gangguan pencernaan sering disebabkan oleh refluks
asam, yang saat perut terjadi kebocoran asam kembali ke kerongkongan Anda
(tenggorokan) dan mengiritasi lapisan nya (mukosa). Jika iritasi ini dibangun
dari waktu ke waktu, dapat menyebabkan kerongkongan Anda menjadi tergores.
Jaringan parut pada akhirnya dapat menyebabkan kerongkongan Anda menjadi sempit
dan terbatas (dikenal sebagai striktur esofagus).
Jika memiliki striktur esofagus, Anda mungkin memiliki gejala seperti:
·
kesulitan
menelan (disfagia)
·
makanan yang
menjadi bersarang di tenggorokan Anda
·
nyeri dada
Striktur esofagus sering diobati dengan menggunakan
operasi untuk memperluas kerongkongan Anda.
- Stenosis pilorus
Seperti striktur esofagus, stenosis pilorus disebabkan
oleh iritasi jangka panjang pada lapisan dari sistem pencernaan Anda dari asam
lambung.
Stenosis pilorus terjadi ketika bagian antara perut
dan usus kecil Anda (dikenal sebagai pilorus) menjadi bekas luka dan menyempit.
Ini menyebabkan muntah dan mencegah setiap makanan yang Anda makan dari yang
benar dicerna.
Dalam kebanyakan kasus, stenosis pilorus diperlakukan
menggunakan operasi untuk mengembalikan pilorus dengan lebar yang seharusnya.
- Radang selaput perut
Kronis (jangka panjang) pencernaan dapat memecah dan
menginfeksi lapisan saluran usus Anda (peritoneum). Ini dikenal sebagai
peritonitis.
Peritonitis biasanya terjadi jika ada kerusakan air
mata atau lainnya ke peritoneum Anda, yang dapat disebabkan oleh paparan
berulang untuk asam lambung.
Peritonitis dapat diobati dengan menggunakan:
·
operasi untuk
memperbaiki kerusakan pada peritoneum Anda
·
obat untuk
membersihkan infeksi
- Usus
Usus adalah bagian dari sistem pencernaan antara
lambung dan anus yang mencerna dan menyerap makanan dan cairan.
5. Perut
Organ kantung-seperti dari sistem pencernaan yang
membantu mencerna makanan dengan mengaduk-aduk dan mencampurnya dengan asam
memecahnya menjadi potongan kecil.
I.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan non farmakologis
a) Menghindari makanan yang dapat
meningkatkan asam lambung
b) Menghindari faktor resiko seperti
alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
c) Atur pola makan
2. Penatalaksanaan farmakologis
yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen
pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena
pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus
DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan
meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat
pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)
J.
RENCANA KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari
proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan
data dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia
meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah,
nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada
dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer
A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis
(sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang
dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung
(heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa,
anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et
all, 1996, hal. 26)
2.
Diagnosa Keperawatan
Menurut
Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan
dispepsia.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan
perubahan status kesehatannya
3.
Rencana Keperawatan
Rencana
keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.
a.
Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan
: Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien
melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)
2.
Berikan istirahat dengan posisi semifowler
3.
Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam
lambung
4.
Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya
5.
Observasi TTV tiap 24 jam
6.
Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
7.
Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik
|
1.
Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
2.
Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah
dengan posisi telentang
3.
dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik
4.
mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium
5.
sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya
6.
Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
7.
Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi
lain
|
b.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
Tujuan
: Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan
individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat
2.
Timbang BB klien
3.
Berikan makanan sedikit tapi sering
4.
Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas
mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah
atau diare.
5.
Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.
6.
Monitor intake dan output secara periodik.
7.
Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya
dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).
|
1.
Untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil yang diharapkan
2.
Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
3.
meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster
4.
Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat
Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
5.
Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
6.
Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
7.
Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk
meningkatkan intake nutrisi.
|
c.
Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,
muntah
Tujuan
: Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki
defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan
keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit
baik.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa,
turgor kulit
2.
Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat
3.
Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan
laksatif/diuretik
4.
Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan
optimal misalnya : jadwal masukan cairan
5.
Berikan/awasi hiperalimentasi IV
|
1.
Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
2.
Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau
mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan
elektrolit
3.
Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan
laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut
4.
Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk berhasil
5.
Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektroli
|
d.
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
Tujuan
: Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan,
dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji tingkat kecemasan
2.
Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan
semua keluhannya
3.
Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
4.
Berikan dorongan spiritual
|
1.
Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien sehingga
memudahkan dlam tindakan selanjutnya
2.
Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam segala
hal tundakan yang diberikan
3.
Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama dalam
perawatannya.
4.
Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan penyakitnya,
masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
|
5.
Evaluasi
Tahap
evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan apakah
masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji,
direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung
respon dalam keefektifan intervensi
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta, EGC
Inayah Iin, 2004, Asuhan
Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan, edisi pertama,
Jakarta, Salemba Medika.
Manjoer, A, et al, 2000, Kapita
selekta kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus
Suryono Slamet, et al, 2001, buku
ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI
Doengoes. E. M, et al, 2000, Rencana
asuhan keperawatan, edisi 3 Jakarta, EGC
Price & Wilson, 1994, Patofisiologi,
edisi 4, Jakarta, EGC
Warpadji Sarwono, et al, 1996, Ilmu
penyakit dalam, Jakarta, FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar